Siapa yang sangka, sosok yang sukses berkarir sebagai penulis di tiga startup bergengsi di Indonesia ini mengawali karirnya dari nonton bioskop dan curhat cinta! Yuk kenalan dengan Edwin Mohammad, UX Copywriting Lead Blibli.com, yang punya segudang ilmu dan cerita untuk dibagikan untuk pembaca Marketing In Asia.
Semua Gara-gara Harry Potter
Perubahan industri turut mengubah positioning sejumlah pekerjaan. Salah satunya penulis. Dulu, penulis cuma identik dengan majalah, koran, dan buku. Memasuki Industri 4.0, penulis mendapatkan peluang baru, peran baru dalam dunia bisnis online dan digital. Hal ini bukan hanya membuat penulis lebih dihargai, melainkan juga memiliki “harga tawar” yang lebih baik di mata dunia.
Tapi, bukan itu alasan awal Edwin Mohammad terjun di dunia kepenulisan. Sebab motivasi menulisnya sudah jauh muncul sebelum ia dewasa. Tepatnya, saat lelaki berkacamata ini duduk di bangku 4 SD.
Suatu hari, kisah Edwin, ayah dan ibunya mengajaknya menonton film Harry Potter and The Philosopher Stone. Ia terpesona dengan keindahan imajinasi yang disajikan dalam karya JK. Rowling itu.
“Sampai dua kali nonton!” aku Edwin yang terobsesi dengan dunia ajaib. “Sampai gue bilang ke bokap ingin sekolah ke Hogwarts.”
Alih-alih mengabulkan keinginan putranya, ayah Edwin—yang ternyata seorang novelis—malah memotivasinya untuk membayangkan dirinya masuk Hogwarts dan menuangkannya dalam tulisan. Tertarik dengan ide sang ayah, Edwin pun coba-coba menuliskan khayalannya. Tak butuh waktu lama sebelum ia jatuh cinta dengan menulis.
Dari Penyair Kamar hingga Pendiri Media Online
Keasyikan Edwin menulis sempat teralihkan oleh pelajaran sekolah. Ia vakum untuk sekian lama sebelum akhirnya tergerak kembali menulis. Alasannya? Galau jatuh cinta! Edwin mengaku menjadi “penyair dadakan,” suka menulis ungkapan yang puitis, berjam-jam untuk mengeksplor perasaannya dengan tulisan. Tapi semuanya ia simpan rapi, tak ditampilkan secara online.
Masuk kuliah, topik yang Edwin tulis pun semakin bervariasi. Mengaku tidak tertarik terjun ke organisasi kemahasiswaan, ia mendirikan dan mengelola media online buatannya sendiri, “Ournalism.” Edwin tertarik mengangkat topik berbagai kegiatan mahasiswa di luar kampus yang positif.
Siapa yang menyangka, ketekunan Edwin ini berbuah “pinangan” dari Wego Indonesia. Lelaki kelahiran 14 November 1991 ini ditawari peluang magang sebagai travel reporter. Pengalaman yang kelak mengantarkannya pada petualangan menantang selepas lulus kuliah.
Karir di Tiga Startup Bergengsi
Tahun 2014, Edwin diterima kerja sebagai content writer di Traveloka. “Saat itu,” kenang Edwin, “Traveloka belum besar seperti sekarang. Pegawainya hanya ratusan, bandingkan dengan sekarang yang mencapai ribuan.”
Sebagai content writer, Edwin bertugas menuliskan deskripsi hotel dan maskapai untuk website Traveloka. Kualitas tulisannya diapresiasi perusahaan, Edwin pun ditawarkan posisi sebagai “Story Copywriter.” Kali ini, lelaki berdarah asli Jogjakarta ini ditantang keluar zona nyaman dengan menulis untuk beragam platform, mulai dari newsletter, landing page promo, billboard dan masih banyak lagi.
Setelah hampir 3.5 tahun bekerja untuk Traveloka, Edwin pindah kerja ke GoJek. Ia dipercaya sebagai Senior UX Writer, sebelum akhirnya diangkat menjadi UX Writing Manager setelah setahun bekerja di perusahaan yang disebut-sebut decacorn Indonesia ini. Tertantang dengan role baru yang dibuka Blibli.com, Edwin kembali pindah kapal dan mulai bekerja sebagai UX Copywriting Lead per 2019.
Impact Besar Seorang Penulis
Bekerja di tiga startup kenamaan sebagai penulis menciptakan kesan tersendiri dalam diri Edwin. Menurutnya, impact atau pengaruh seorang penulis itu sangat besar. Namun, Edwin memberi syarat tidak semua penulis punya impact yang signifikan. Penulis yang sekadar menulis, tidak memberikan kontribusi selain menulis, bukanlah penulis yang ia maksud.
Bagi Edwin, penulis disebut berpengaruh besar saat ia berkontribusi lebih di luar job description-nya. Penulis yang aktif menyumbangkan ide-idenya dalam rapat, membantu divisi lain dengan pendapatnya.
Edwin memberi contoh pengalamannya sebagai UX Writer. Menurut sosok yang sering disangka berdarah Tionghoa ini, UX Writer itu juga seorang product designer. Karena dalam praktik kesehariannya, rapat divisi UX dihadiri oleh UX writer, UX designer, UX researcher. Semuanya bertemu, melepas “topinya” masing-masing, dan memberikan pendapat terbaik untuk performa produk yang unggul di mata pelanggan.
Edwin sendiri menikmati proses “memberi lebih” ini dalam perjalanan karirnya. Proses ini pula yang membuatnya jatuh cinta pada copywriting. Saat-saat ia bertemu dengan posisi lain dalam satu ruangan, saling presentasi, saling kritik, adu ide, adu argumetasi, dengan pikiran terbuka demi menghasilkan output yang terbaik untuk pelanggan.
Cita-cita Mulia Warung Copy
Tapi sayangnya belum banyak yang memahami peran penulis di era digital hari ini. Mayoritas masih terjebak pada stigma penulis di masa lalu dan menganggap penulis tidak menjanjikan sebagai pekerjaan. Hal ini sedikit banyak memicu Edwin mendirikan sekali lagi media online-nya. Ia meluncurkan media online-nya ini September 2019 dan menamainya “Warung Copy.”
Nah, jangan salah! Warung Copy bukan tempat Anda bisa meminta kopi panas dan pisang bakar. Channel podcast ini dibuat khusus oleh Edwin untuk membahas dunia kepenulisan dan memperkenalkan serba-serbinya pada khalayak luas.
Motivasi lain Edwin membuat Warung Copy adalah ia ingin menjadikannya tempat untuk bertemu dan berkenalan dengan banyak penulis di Indonesia.
“Gue bikin ‘Warung Copy’ karena ingin mengundang dan bertemu dengan penulis-penulis di Indonesia. Mereka melakukan pekerjaan yang oke, tapi nggak banyak yang tahu apa yang mereka lakukan. Makanya gue aktif banget riset, cari penulis yang vokal. Di luar negeri, sudah banyak podcast yang bahas kepenulisan. Jujur gue terinspirasi mereka. Itulah kenapa gue ingin mulai podcast di Indonesia.”
Walau dinamakan “Warung Copy,” Edwin tidak menjadikan channel-nya khusus membahas copywriting saja. Bahkan, ia berencana mengundang beragam penulis yang memiliki keahlian khusus di satu jenis penulisan. Dia pun mengaku sudah berencana mengundang jurnalis, travel writer, hingga speech writer.
Tak muluk-muluk, ayah satu anak ini juga sangat ingin channel podcast-nya menjadi awal dari komunitas penulis 4.0 dan media pembelajaran untuk para penulis baru. “Gue ingin podcast ini lebih dari sekadar berbagi lewat audio, tapi juga jadi komunitas. Stretching our capacity. (Sebagai penulis) kita harus lebih dari sekarang.”
Ingin dengar wawancara lengkap Edwin Mohammad dan Marketing In Asia? Cek langsung di channel podcast “Warung Copy” di sini.